DESIMINASI DUA MODEL TEKNOLOGI BIOGAS PADA PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN ENREKANG GUNA MENCIPTAKAN MASYARAKAT HEMAT ENERGI

Authors

  • Yusriadi Yusriadi
  • Irmayani Irmayani

DOI:

https://doi.org/10.31850/jgt.v2i3.56

Abstract

Perkembangan ternak sapi perah khususnya di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Banyak kelompok ternak yang mengembangkan kegiatan pada bidang ini. Hasil utama dari sapi perah di Kabupaten Enrekang yaitu Susu yang kemudian diolah menjadi Dangke (makanan khas masyarakat Enrekang). Selain hasil utama ada juga hasil sampingan yang tidak kalah pentingnya yaitu feses dan urin. Feses dan urin penting sebab setiap hari ternak perah mengeluarkan feses dan urin, dan jika dibiarkan begitu saja ini akan menjadi sampah atau limbah yang dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan kontaminasi susu yang sudah diperah. Proses ini akan menyebabkan kualitas susu menjadi menurun. Saat ini telah banyak teknologi khususnya pengolahan limbah yang digunakan. Semua teknologi menguntungkan, namun beberapa model teknologi tidak mampu bertahan sampai sekarang. Teknologi biogas salah satunya. Banyak model biogas di Kabupaten Enrekang yang telah dilaksanakan. Namun tingkat keberhasilannya rendah dalam daya tahan teknologi. Banyak teknologi biogas yang rusak menyebabkan masyarakat peternak enggan menggunakan alat ini. Metode pelaksanaanya itu Feses dicampur dengan air, menggunakan perbandingan 1 : 1 diaduk hingga merata. Feses yang telah tercampur dengan air kemudian dimasukkan ke dalam digester selanjutnya didiamkan selama 10 – 20 hari dalam keadaan hampa udara (anerob). Pada kondisi inilah terjadi reaksi dan interaksi antara bakteri metanogen dan non-metanogen serta bahan yang diumpankan ke dalam digester sebagai input. Ini adalah proses phisio-kimia yang kompleks dengan proses biologis yang melibatkan berbagai faktor dan tahapan bentuk. Hasil kegiatan menunjukkan adanya perbedaan digester berbahan fiber dan digester berbahan beton. Selain berbeda kapasitas, reaktor pada digester beton lebih banyak menghasilkan gas. Gas dari digester beton tidak perlu ditampung, tapi langsung disambungkan ke kompor. Hasilnya digester beton dapat digunakan memasak sepanjang hari sedangkan digester fiber hanya mampu digunakan beberapa jam saja.

References

Haryati. 2006. Biogas: Limbah peternakan yang menjadi sumber energi alternatif. Wartazoa 16 (3):167.

Irmawati, Jamila dan Baba S. 2008. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Biogas di Sulawesi Selatan. Laporan Penelitian Kerjasama Balitbanda.

Setiawan A I. 2007. Pemanfaatan Kotoran Ternak. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarata.

Yusriadi, 2011. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Perternak Sapi Perah tentang Teknologi Biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan [tesis]. Bogor 2011: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Published

24-07-2013

Issue

Section

Articles